Friday 18 November 2011

Kelelawar, “The Flying Master”


   Kelelawar bisa terbang di malam hari atau di tempat gelap bukan karena indera penglihatannya supertajam. Tapi karena binatang ini memiliki sonar sebagai alat navigasi, berupa gelombang ultrasonic. Alat navigasi itu menyatu dalam tubuhnya semenjak lahir. Bangsa kelelawar jauh lebih dahulu memiliki perangkat navigasi itu dibandingkan dengan penemuan systemadar oleh manusia.
                Frekuensi ultrasonic yang dibangkitkan kelelawar dengan nada-nada pendek, tak dapat ditangkap ole hinder [endengaran manusia. Frekuensinya berkisar antara 30-150 kHz. Lazimnya sinyal dikirim dengan frekuensi tinggi dan diakhiri dengan frekuensi rendah. Benda di depan kelelawar dapat dideteksi mulai jarak 1 mm, sehingga serangga pun dapat disergapnya.
detect and eat !
                Sinyal  kelelawar dapat didengar dengan memakai alat penerima ultrasonic. Namun sayang, para ilmuwan belum dapat mengetahui arti kode-kode yang terkandung dalam sinyal itu, termasuk mengetahui bagaimana sinyal ultrasonic bisa menggambarkan bentuk daerah di sekitarnya.
                Kupu-kupu gajah (kupu-kupu malam bersayap lebar memiliki alat deteksi  ultrasonic. Bagaimana kalau kupu-kupu gajah bertemu dengan kelelawar ? Si kupu-kupu akan terbang rendah, lalu menukik. Maksudnya untuk menghindari gelombang ultrasonic kelelawar.               
          mangsa kelelawar      Teknik kedua binatang mala mini menyergap dan menghindari, mirip dengan teknik pesawat tempur modern menggunakan system radar dan antiradar. Bedanya kelelawar tidak memiliki system deteksi teman atau lawan sebagaimana pesawat tempur. Buktinya, ketika kelelawar terbang kemudian dilemparkan benda lain misalnya pesawat kertas, langsung disambar karena dianggap musuh meski tidak ditangkap seperti serangga.


Kelelawar bias terbang di malam hari atau di tempat gelap bukan karena indera penglihatannya supertajam. Tapi karena binatang ini memiliki sonar sebagai alat navigasi, berupa gelombang ultrasonic. Alat navigasi itu menyatu dalam tubuhnya semenjak lahir. Bangsa kelelawar jauh lebih dahulu memiliki perangkat navigasi itu dibandingkan dengan penemuan system adar oleh manusia.
                Frekuensi ultrasonic yang dibangkitkan kelelawar dengan nada-nada pendek, tak dapat ditangkap ole hinder [endengaran manusia. Frekuensinya berkisar antara 30-150 kHz. Lazimnya sinyal dikirim dengan frekuensi tinggi dan diakhiri dengan frekuensi rendah. Benda di depan kelelawar dapat dideteksi mulai jarak 1 mm, sehingga serangga pun dapat disergapnya.
                Sinyal  kelelawar dapat didengar dengan memakai alat penerima ultrasonic. Namun sayang, para ilmuwan belum dapat mengetahui arti kode-kode yang terkandung dalam sinyal itu, termasuk mengetahui bagaimana sinyal ultrasonic bisa menggambarkan bentuk daerah di sekitarnya.
                Kupu-kupu gajah (kupu-kupu malam bersayap lebar memiliki alat deteksi  ultrasonic. Bagaimana kalau kupu-kupu gajah bertemu dengan kelelawar ? Si kupu-kupu akan terbang rendah, lalu menukik. Maksudnya untuk menghindari gelombang ultrasonic  kelelawar.
                Teknik kedua binatang mala mini menyergap dan menghindari, mirip dengan teknik pesawat tempur modern menggunakan system radar dan antiradar. Bedanya kelelawar tidak memiliki system deteksi teman atau lawan sebagaimana pesawat tempur. Buktinya, ketika kelelawar terbang kemudian dilemparkan benda lain misalnya pesawat kertas, langsung disambar karena dianggap musuh meski tidak ditangkap seperti serangga.

0 comments:

:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment

"Jangan Lupa Tinggalkan Komentar"