Film animasi kini tidak lagi hanya dianggap sebagai hiburan untuk anak – anak, namun sudah dipandang sebagai sebuah bisnis yang menjanjikan oleh banyak sektor industri, khususnya industri kreatif.
Yang menjadi dasar utama dalam dunia industri kreatif adalah ide yang keluar dari pemikiran seseorang, tentunya ditunjang dengan peralatan teknologi. Biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan teknologi itu kini semakin terjangkau. Video 3D animasi buatan anak negeri mulai banyak beredar, meskipun masih sebatas di dunia maya melalui jejaring sosial dan forum lokal.
Dari sekian banyak acara yang terangkai di dalamnya, yang mendapat perhatian lebih dari pengunjung adalah film animasi. “Respon publik dan jumlah pengirim karya ke HelloFest mengalami peningkatan yang sangat tinggi. Kualitas dari setiap karya animasi yang dikirimkan juga semakin mendekati sempurna yang biasa dibuat oleh para professional.” Kata Wahyu Aditya, pendiri sekolah animasi dan kreatif Hello Motion Academy.
Beberapa karya animasi buatan anak bangsa pun ikut ditampilkan dalam event ini. Salah satunya adalah Semut Wars Spec Ops. Animasi yang dihasilkan melalui pemikiran kreatif Johanes Baptista Permadi sangat menarik untuk ditonton.
Berawal dari hobi menciptakan sebuah film pendek animasi, Permadi telah berhasil mengembangkan konsep film Semut Wars sehingga menghasilkan sebuah film animasi yang memang layak menjadi tontonan serial TV animasi. Situasi peperangan yang dianggap sebagai sesuatu yang mengerikan bisa dirubahnya menjadi sebuah tontonan yang berkualitas dan disukai.
Film yang berdurasi kurang dari tujuh menit itu menggunakan tagline “War is Not a Game”. Tergambar dari setiap bentuk senjata yang digunakan, bangunan – bangunan dan kendaraan yang terlihat begitu nyata dalam film tersebut. “Perang bukanlah permainan, sekali tertembak peluru siapapun bisa mati. Saya tidak mau anak – anak yang menonton film ini berfikiran bahwa perang cuma sekedar sebuah permainan yang menyenangkan.” Tegas Permadi.
Mengisahkan misi rahasia dua prajurit semut yang bernama Malih dan Jon. Kedua semut yang terlatih itu mendapatkan tugas dari Komandan Spec Ops untuk menghancurkan sebuah instalasi misil yang berada dibawah penjagaan laba – laba jahat bernama Esca.
Semut Wars yang diproduksi oleh Spinner Somnium Studio, sebuah studio indie yang dimiliki oleh Johanes Baptista Permadi, Shanty Rahayu, dan Yoan Fransiska telah berhasil menjadi salah satu finalis dari total keseluruhan sebanyak 304 karya peserta. Sebuah prestasi yang cukup membanggakan.
Berkembangnya karya – karya animasi Indonesia sekarang ini diharapkan akan lebih memacu tingkat kreatifitas anak bangsa. “Karya animasi Indonesia mempunyai kualitas yang hampir sama dengan animasi dari luar negeri. Hanya saja kurang berani untuk memperkenalkan karyanya ke pasar,” ujar Fred Deakin, animator sekaligus pakar budaya popular asal London, Inggris yang juga hadir dalam HelloFest 8.
Yang menjadi dasar utama dalam dunia industri kreatif adalah ide yang keluar dari pemikiran seseorang, tentunya ditunjang dengan peralatan teknologi. Biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan teknologi itu kini semakin terjangkau. Video 3D animasi buatan anak negeri mulai banyak beredar, meskipun masih sebatas di dunia maya melalui jejaring sosial dan forum lokal.
Dari sekian banyak acara yang terangkai di dalamnya, yang mendapat perhatian lebih dari pengunjung adalah film animasi. “Respon publik dan jumlah pengirim karya ke HelloFest mengalami peningkatan yang sangat tinggi. Kualitas dari setiap karya animasi yang dikirimkan juga semakin mendekati sempurna yang biasa dibuat oleh para professional.” Kata Wahyu Aditya, pendiri sekolah animasi dan kreatif Hello Motion Academy.
Beberapa karya animasi buatan anak bangsa pun ikut ditampilkan dalam event ini. Salah satunya adalah Semut Wars Spec Ops. Animasi yang dihasilkan melalui pemikiran kreatif Johanes Baptista Permadi sangat menarik untuk ditonton.
Berawal dari hobi menciptakan sebuah film pendek animasi, Permadi telah berhasil mengembangkan konsep film Semut Wars sehingga menghasilkan sebuah film animasi yang memang layak menjadi tontonan serial TV animasi. Situasi peperangan yang dianggap sebagai sesuatu yang mengerikan bisa dirubahnya menjadi sebuah tontonan yang berkualitas dan disukai.
Film yang berdurasi kurang dari tujuh menit itu menggunakan tagline “War is Not a Game”. Tergambar dari setiap bentuk senjata yang digunakan, bangunan – bangunan dan kendaraan yang terlihat begitu nyata dalam film tersebut. “Perang bukanlah permainan, sekali tertembak peluru siapapun bisa mati. Saya tidak mau anak – anak yang menonton film ini berfikiran bahwa perang cuma sekedar sebuah permainan yang menyenangkan.” Tegas Permadi.
Mengisahkan misi rahasia dua prajurit semut yang bernama Malih dan Jon. Kedua semut yang terlatih itu mendapatkan tugas dari Komandan Spec Ops untuk menghancurkan sebuah instalasi misil yang berada dibawah penjagaan laba – laba jahat bernama Esca.
Semut Wars yang diproduksi oleh Spinner Somnium Studio, sebuah studio indie yang dimiliki oleh Johanes Baptista Permadi, Shanty Rahayu, dan Yoan Fransiska telah berhasil menjadi salah satu finalis dari total keseluruhan sebanyak 304 karya peserta. Sebuah prestasi yang cukup membanggakan.
Berkembangnya karya – karya animasi Indonesia sekarang ini diharapkan akan lebih memacu tingkat kreatifitas anak bangsa. “Karya animasi Indonesia mempunyai kualitas yang hampir sama dengan animasi dari luar negeri. Hanya saja kurang berani untuk memperkenalkan karyanya ke pasar,” ujar Fred Deakin, animator sekaligus pakar budaya popular asal London, Inggris yang juga hadir dalam HelloFest 8.
0 comments:
Post a Comment